Kamis, 11 Juni 2009

siapakah dia

“Liza..Liza..bangun nak sudah siang, nanti kamu terlambat sekolah loh.”Bunda berusaha membangunkan putri sulungnya yang bernama Lizabeth.Lizabeth memiliki adik bernama Marthabeth. “Iya bunda.” Liza menjawab dengan setengah tertidur. “Ayolah nak nanti kesiangan loh, kan hari ini adalah hari terakhirmu bersekolah di Indonesia.” Bujuk bunda. Karena mendengar bunda berbicara seperti itu Liza pun terbangun secara mendadak dan iapun bergegas keluar kamar menghampiri bunda. ”Apa??!! hari ini hari terakhirku sekolah di Indonesia??!! memangnya mau pindah kemana bunda??!!” Tanya Liza dengan kesal. “Sayang, karena Ayahmu di tugaskan untuk pindah kerja ke Inggris jadi kita pun harus ikut pindah nak.” Ujar bunda sambil mengusap-usap kepalanya Liza. “Aaaahhh!!! Pokoknya Liza gak mau pindah dari sekolah ini bunda!!” Jawab Liza dengan ketus. Karena merasa tidak terima Liza pun lari ke kamar sambil menagis dan mengunci pintu kamarnya.“Liza..Liza..jangan menangis nak, kita harus menerima kenyataan ini semua karena ini semua adalah takdir dari yang maha kuasa nak, jadi mau tidak mau kita harus menerimanya dengan lapang dada.” Walaupun bunda sudah berusaha menasihati Liza dengan sabar tapi tetap saja Liza pura-pura tidak mendengar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.15 tapi Liza belum juga bersiap-siap untuk sekolah.“Liza.. apa kamu tidak akan sekolah nak?? Kalau mau sekolah cepatlah kamu bersiap-siap karena sebentar akan masuk sekolah.” Walaupun bunda sudah berbicara berulang kali Liza pun tetap saja tidak pernah menghiraukan perkataan bunda. “Ada apa bunda??Apa yang terjadi dengan kak Liza??” Tanya Martha adik satu-satunya Liza. “ Tidak apa-apa nak, sebaiknya kamu pergi sekolah saja sayang karena hari ini adalah hari terakhirmu sekolah di Indonesia.”
“Memangnya Martha mau pindah sekolah bunda??” Tanya Martha penasaran. “ Iya sayang bukan hanya pindah sekolah saja tapi pindah rumah juga nak.” Jawab bunda dengan khawatir karena takut terjadi hal yang sama seperti Liza. “Pindah kemana bunda??” Tanya Martha dengan sangat penasaran. “Kita akan pindah ke Inggris besok malam nak.” Jawab bunda dengan gugup. “Apa,, pindah ke Inggris??Asyiiik, jadi aku punya banyak teman ya bunda?? dan aku akan punya rumah baru jugakan bunda??” teriak Martha dengan perasaan yang sangat senang. “Iya sayang, kamu senang nak??” Tanya bunda. “Senang sekali bunda.” Jawab Martha dengan gembira. “Yasudah sekarang kamu sekolah dulu ya nanti kesiangan.” Bujuk bunda. “Baik bunda, tapi mengapa kak Liza tidak sekolah bunda??” Tanya Martha yang kesekian kalinya. “tak apa-apa nak, kakakmu kecapek-an jadi untuk hari ini ia akan istirahat.” Ujar Bunda. “Oh begitu ya bunda, yasudah Martha berangkat dulu ya Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsallam”
Karena mendengar percakapan bunda dan Martha, Liza merasa malu karena adiknya saja bisa menerima keputusan orangtuanya dengan senang hati tapi mengapa ia tidak bisa??Akhirnya Liza pun keluar kamar dan segera menghampir bundanya yang sedang duduk termenung di ruang tamu. “Bunda, maafkan Liza ya seharusnya Liza bisa ngertiin bunda dan ayah, Liza baru sadar kalau apa yang dilakukan bunda dan ayah adalah yang terbaik buat kita semua, sekali lagi maafkan Liza ya bunda.” Liza pun akhirnya sadar akan kesalahannya itu. “Sayang, seorang ibu akan selalu memaafkan anaknya walaupun anaknya itu telah berbuat kesalahan yang sangat besar, bunda pun demikian, bunda akan selalu memaafkanmu walaupun kamu belum minta maaf kepada bunda.” Jawab bunda sambil memeluk Liza dan meneteskan air mata. “Terimakasih bunda.”
“Sama-sama sayang” Jawab bunda.
“Liza, daripada kamu tidak ada kerjaan, lebih baik sekarang kamu mempersiapkan keperluanmu yang harus di bawa ke sana sayang.” Usul bunda. “Baiklah bunda” Jawab Liza. KRIIING…KRIING…terdengar suara telepon dari rumah Liza.“Liza tolong angkat teleponnya nak.” Perintah bunda kepada Liza. “Baiklah bunda.” Jawab Liza.
“Halo,Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsallam bisa bicara dengan Liza??”
“Ya aku sendiri, ini dengan siapa ya??”
“Liza..ini aku Ridha.”
“Ohh Ridha, ada apa ya??”
“Liza aku mau tanya mengapa kamu tidak masuk sekolah??”
“Eeemm..a..ak..aku tadi bangunnya kesiangan, Rid maafkan aku ya, aku tidak memberi kabar kepada kamu kalau aku tidak masuk sekolah. Oya Rid besok kemungkinan aku tidak akan masuk sekolah lagi karena…“
“Karena apa Liz??” Tanya Ridha penasaran. “Akhh.. sudahlah besok ibuku akan mengirim surat kesekolah.”
“Ohh begitu, yasudah deh segini dulu ya sebentar lagi bell masuk istirahat, aku cuma ingin mencaritahu ketidakhadiran kamu, Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
“Telepon dari siapa nak??” Tanya bunda penasaran. “Dari Ridha bun.” Jawab Liza. “Memangnya ada perlu apa nak Rida menelpon kamu?? Tanya bunda lagi. “Tidak ada apa-apa bun hanya menanyakan ketidakhadiranku saja.” Jawab Liza. “Ohhh begitu, yasudah sekarang kamu kembali membereskan keperluanmu lagi ya nak.” Perintah bunda dengan lembut.
“Baiklah bunda.” Jawab Liza.
“Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam, ehh Martha, kok jam segini sudah pulang??” Tanya bunda dan Liza heran. “Sekarang Martha dan teman-teman Martha pulang cepat karena guru-gurunya akan rapat.” Jawab Martha. “Memangnya rapat tentang apa Martha??” Tanya Liza penasaran. “Kata bu Rayu sekolah akan mengadakan Touring ke luar kota, jadi para guru sedang membicarakan hal tersebut.” Ujar Martha kepada Liza dan bunda. “Yasudah sekarang Martha ganti baju lalu makan, setelah makan kalian istirahat ya agar besok kalian segar dan tidak kantuk.” Ucap bunda. “Ok bunda.” Jawab mereka berdua.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30. TOK..TOK..TOK.. “Assalammu’alaikum”terdengar suara ketukan pintu dan salam dari luar. “Bunda, sepertinya itu ayah deh bun.” Ujar Liza sambil mengintip ke luar melalui jendela kamarnya. “O iya itu ayah, Liza tolong bukakan pintunya nak.” Perintah bunda. “Wa’alaikum salam, eh ayah” Liza dan Martha pun mencium tangan ayahnya itu. “Anak-anak tadi bagaimana sekolahnya??” Tanya ayah sambil memeluk Liza dan Martha. “Ayah, tadi Martha senang deh karena Martha sekolah hanya setengah hari.” Martha menceritakan semua hal yang dilakukannya selama di sekolah, sedangkan Liza hanya mendengarkan Martha bercerita dengan perasaan takut karena takut di tanya pengalamannya tadi di sekolah oleh ayah. “Bagaimana denganmu Liza, bagaimana tadi kamu di sekolah??” Tanya ayahnya. Ternyata apa yang di takutinya kejadian juga. Dengan perasaan takut dan gugup Liza menjawab “A..aku tadi..” belum selesai Liza berbicara Martha telah meneruskan pembicaraan Liza. “Tidak sekolah yah, tadi kata bunda kak Liza kecapek-an jadi kak Liza tidak masuk sekolah.” Ujar Martha kepada ayah. “Apa benar begitu Liza??” Tanya ayah meyakinkan. “Sebenarnya tadi aku tidak terima kalau kita akan pindah ke Inggris, aku pun lari ke kamar dan mengunci diri, setelah bunda dan Martha selesai bercakap-cakap aku pun baru sadar kalau yang di lakukan ayah dan bunda adalah yang terbaik untuk aku dan semuanya. Nah karena hal itu aku pun kesiangan sekolah.” Liza menjelaskan semua yang terjadi. Ayah pun tidak bisa berbicara apa-apa, ia hanya terdiam sambil mengusap-usap kepala Liza.
“Nah semuanya daripada cemberut begitu lebih baik kita makan bersama yuk.” Bunda berusaha menenangkan suasana yang tadinya panas. “Memangnya menu makanannya apa bunda??” Tanya Martha. “Sekarang menu makanannya adalah sup tomat.” Jawab bunda dan berusaha menyenangkan semuanya. “Yasudah sekarang kita makan yuk kasihan tuh bunda sudah cape-cape masak untuk kita.” Ajak ayah. Tapi Liza tetap saja bersedih karena merasa bersalah karena kejadian yang terjadi tadi siang. “Liza, jangan terus di pikirkan kejadian tadi sayang, sekarang makanlah supnya nak.” Bujuk ayah agar Liza kembali ceria seperti biasa jika di masaki sup tomat. “Baiklah ayah, tapi ayah harus janji kepadaku ayah tidak akan marah karena tadi aku tida sekolah.”ujar Liza. “Iya sayang ayah tidak akan marah dan buat apa ayah marah kalau kejadiannya sudah terjadi??”jawab ayah. “Terimakasih ayah.”
“Sama-sama sayang.”jawab ayah.
Allah huakbar allah huakbar... Terdengar suara azan magrib dari masjid dekat rumah Liza. “Anak-anak sekarang sudah magrib, sebaiknya kita salat berjamaah yuk.” Ajak bunda kepada Liza, Martha, dan ayah. “Ok bunda.” Jawab Liza dan Martha. Setelah selesai salat Magrib, mereka pun berzikir bersama sampai azan Isya. Setelah salat Isya bunda menyuruh Liza dan Martha agar cepat tidur agar besok tida mengantuk pada saat perjalanan.
Malam ini adalah malam yang di tunggu-tunggu oleh keluarga Liza karena hari ini adalah saatnya mereka berangkat ke negri orang yaitu Inggris. Mereka pergi ke bandara menggunakan taksi. Sesampainya di Bandara mereka menunggu beberapa menit. Setelah menunggu, mereka pun mengurus data-datanya. Setelah selesai mereka pun masuk ke pesawat. Akhirnya sampai juga di Negara Inggris setelah 15 jam lamanya di pesawat. Ukh.. bukan waktu yang sebentar tuh.. Mereka pun mencari penginapan. Alhamdulillahnya mereka dapat sebuah penginapan yang cukup dekat dengan kantor ayahnya itu. Liza dan Martha pun di sekolahkan di sana. “Ternyata cukup sulit untuk mengikuti bahasanya di sekolah itu.” Ujar Liza dalam hati. Setelah beberapa lama Liza pun memiliki teman baru yang di antaranya Rizabeth, Marie, Rose, dan Britz. Rizabeth juga sepertiku yaitu pindahan dari Indonesia, kalau Marie, Rose, and Britz asli orang Inggris. “Assalam mu’alaikum”ucap Liza.
“Wa’alaikum salam” Jawab bunda. “Sudah pulang nak? Bagaimana sekolahmua??” Tanya bunda. “Senang sekali bunda, sekarang aku memiliki banyak teman tapi yang paling dekat hanya ada empat orang yaitu Marie, Rose, Britz dan yang satu ini mirip deh sama aku yaitu Rizabeth, dia juga pindahan dari Indonesia loh bunda.” Ujar Liza. “Apa.. Rizabeth??”Tanya bunda penasaran. “Iya bunda, memangnya mengapa??” Liza balik bertanya. “Emmm..tidak apa-apa nak. O iya ajak saja teman-temanmu bermain di sini agar bunda mengenali teman-teman barumu.” Usul bunda. “O iya ya bunda kalau begitu besok aku akan mengajak mereka untuk bermain di sini.” Jawab Liza yang menyetujui usul bunda.
Keesokan harinya Liza dan Martha berangkat bareng ke sekolah. Sesampainya di sekolah mereka berpisah kelas, Liza memasuki kelasnya yang berada di tingkat dua sedangkan Martha memasuki kelas yang berada di lantai satu. Belum sampai kelas ada yang memanggil Liza. “Siapakah yang memanggilku?” Tanya Liza dalam hati. Wah ternyata Rizalah yang memanggilku. Kami pun memasuki kelas bersama. Setelah sampai di kelas, aku pun mengajak mereka agar pulang sekolah mereka mau bermain ke rumahku. Ternyata tanpa di duga mereka mau bermain di rumahku. Bel pulang pun berbunyi, aku dan teman-temanku bergegas pergi menuju rumah. Sesampainya di rumah, bunda menyambut kami dengan bahagia, ternyata bunda telah menyediakan kue-kue yang sangat aku sukai. “Bun, kenalin ini teman-temanku, ini Rose, ini Marie, ini Britz, dan ini Rizabeth.” Liza memperkenalkan temannya satu persatu. “Oh ini yang bernama Rizabeth.”Ujar bunda. “Iya bunda, memangnya mengapa??” Tanya Liza heran. “Tidak apa-apa.”jawab bunda. Sudah dua jam lamanya, teman-teman Liza pun pamit pulang, tapi mengapa bunda tidak ada?? Kemana bunda?? Biasanya kalau ada temanku pulang dan mau pamit pasti bunda langsung muncul, tapi mengapa sekarang tidak??” Liza bertanya-tanya dalam hati. “Martha..Martha.. kamu lihat bunda tidak??” Tanya Liza kepada adiknya. “Tidak kak, dari tadi Martha tidak melihat bunda.”jawab Martha. “Oh begitu, yasudah makasih ya Tha.” Ujar Liza. “Yasudah Liz kami pulang saja dan tolong sampaikan salamku untuk ibumu ya.” Kata Rizabeth.
Setelah teman-teman Liza pulang, Liza pun melihat bunda sedang duduk menangis di kamar. “Bunda, ada apa??mengapa bunda menangis??” Tanya Liza heran. Awalnya bunda hanya menggeleng-geleng kepala saja tapi setelah ku bujuk akhirnya bunda menjawab. “Sayang, bunda menangis karena ingat kepada saudara kembarmu nak, ia hilang pada saat di lahirkan, dan namanya pun mirip sekali dengan temanmu yaitu Rizabeth.” Bunda menjelaskan semuanya yang terjadi dahulu. “A..apa.. aku punya saudara kembar??” Liza menangis sambil memeluk bunda. “Iya sayang, maafkan bunda karena bunda baru menceritakannya sekarang, bunda tidak ingat karena Rizabeth hilang dari lahir.” Jawab bunda. “Bunda, kalau begitu aku akan mencari tahu tentang Rizabeth.” Liza berusaha menghibur bunda yang sedang bersedih. “Terimakasih sayang.” Jawab bunda sambil tersenyum.
Keesokan harinya Liza berangkat sekolah tidak bersama adiknya karena Liza berangkat lebih pagi, ia ingin menyelidiki oleh siapa Rizabeth di antar ke sekolah. Liza datang ke sekolah dan belum ada siapa-siapa. Ia menunggu Rizabeth di gerbang sekolah. Sekitar pukul 07.30 sudah banyak yang datang tetapi Rizabeth belum juga datang. Akhirnya setelah waktu menunjukkan pukul 08.00 Riza pun datang juga dan di antar oleh seorang perempuan yang tidak asing lagi di mata Liza. “Bibi Bann??” Teriak Liza dan terdengar oleh bibi Bann. “Li..Lizabeth??” Bibi Bann pun ikut terkejut. Liza pun berlari menghampiri bibi Bann dan Rizabeth. “Li…Liza…Lizabeth, mengapa kamu bisa ada di sini??” Tanya bibi Bann heran. Ya ampun cara berbicaranya mengikuti Cinta Laura banget “Hujan,Becek,Gak ada ojek” Ejek Liza dalam hati. “Ayah di tugaskan pindah ke Inggris jadi kami semua ikut pindah ke Inggris. Kalau bibi Bann sendiri??” Liza pun balik bertanya. “Kalau bibi pindah ke Inggris karena bibi juga di tugaskan dari kantor untuk pindah ke Inggris.”jawab bibi Bann. “Ohh…kalau begitu sudah berapa lama bibi pindah ke Inggris??” Tanya Liza penasaran. “Sudah satu minggu kita di sini.” Jawab Rizabeth. “Hah… Satu minggu??O ya dan Rizabeth ini siapa bibi??” Liza pun terus mengajukan pertanyaaannya. “Rizabeth ini, adalah…” sebelum bibi Bann menjawab pertanyaan Liza, Rizabeth pun telah menjawab duluan.”Aku adalah keponakan bibi Bann.”
“Kalau begitu siapa orang tuamu??” Tanya Liza yang kesekian kalinya. Belum sempat menjawab bel masuk pun telah berbunyi. “Yasudah sekarang kalian masuk kelas,sudah bel tuh.” Bujuk bibi Bann. “Baiklah bibi.” Jawab Lizabeth dan Rizabeth.
Bel pulang pun berbunyi. Liza mengajak Riza untuk bermain di rumahnya lagi. Syukurnya Rizabeth mau karena bibi Bann sedang ada urusan dari kantornya. “Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikum salam, eh ada Rizabeth lagi, mari masuk.” Ajak bunda dengan wajah cemberut. “Bunda, tadi aku bertemu dengan bibi Bann.” Ucap Liza. Bunda pun membalikkan badannya dan berkata “dimana kamu bertemu dengan bibi Bann??”
“Tadi pagi bibi Bann mengantarkan Riza ke sekolah.” Jawab Liza meyakinkan. “Apa betul itu Riza??” Tanya bunda kepada Rizabeth. “Betul tante, bibi Bann itu adalah orang yang mengurusku dari aku bayi, aku di besarkan oleh bibi Bann sendiri tanpa pendamping.” Ujar Rizabeth. “Terus kalau bibi Bann bukan ibumu siapalah ibumu yang sebenarnya Riza??” Tanya bunda penasaran. “Kata bibi Bann aku ini adalah anak kakaknya, tapi karena bibi Bann tidak bisa hamil terpaksa dia mengambil aku darinya.” Jawab Riza dengan jelas. Bunda pun menangis dan mendekati Riza sambil berkata “Nak akulah ibumu, aku adalah kakak dari bibi Bann, kau dan Lizabeth adalah saudara kembar, akan tetapi kamu hilang setelah di lahirkan, bunda dan ayah mencarimu kemana-mana tetapi kamu tidak di temukan, ternyata yang menculikmu selama ini adalah Bann. Rizabeth, kamu tahu nomor bibi Bann??” Tanya bunda denga nada tinggi. “Ya aku tahu ini nomornya.” Rizabeth memberikan selembar kertas yang ada nomor teleponnya bibi Bann. Setelah di telepon tidak lama kemudian bibi Bann pun datang ke rumah. Bibi Bann langsung menghampiri bunda dan bersujud di kakinya dengan mengeluarkan air mata sambil bekata, “Kak maafkan saya, saya khilaf telah menculik Riza dari kakak, tolong maafkan saya kak.” Bibi Bann membujuk bunda agar memaafkannya. “Baik saya maafkan asalkan kamu tidak mengulang perbuatanmu lagi!” Jawab bunda.
“Ternyata Riza adalah saudara kembarku, aku senang sekali akhirnya aku bisa menemukuan Rizabeth, dan akhirnya bunda pun bisa tertawa lepas lagi, kalau bukan karena kehendak Allah SWT aku tidak akan bisa menemukan Rizabeth. Kami sekeluarga pun hidup bahagia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar